Mahasiswi USU Sukses Temukan Racikan Obat saat Ayah Terserang Diabetes



Kreatifitas seorang kadang-kadang nampak di waktu yang genting atau menyusahkan. Kondisi ini sama dengan apa yang dihadapi oleh Gita Adina Nasution (20), saat ayahnya terserang penyakit diabetes. 

Mahasiswi semester 6, jurusan farmasi Kampus Sumatera Utara (USU) ini sukses mengobati ayahnya dengan obat racikan yang memiliki kandungan gula. Walau sebenarnya gula kerap disebut-sebut jadi biang dari penyakit diabetes. 

 " Penyakit polio diobati dengan vaksin polio juga. Didalam penyakit bermakna ada obatnya juga. Saya mencari apa yang paling dijauhi pasien diabetes, yakni gula dalam tumbuhan tebu, " terang mahasiswi semester 6 ini dalam acara Wirausaha Muda Mandiri Expo oleh PT. Bank Mandiri, di Jakarta, Jumat (13/3/2015). 

Menurut Gita, penyakit diabetes tidaklah dikarenakan oleh mengkonsumsi gula yang terlalu berlebih. Tetapi, kata dia, organ badan yang cacat disebabkan gaya hidup yg tidak sehat, hingga mengakibatkan badan tak dapat mengolah gula, lantas datanglah diabetes. 

 " Gula darah naik itu bukanlah lantaran gula, namun organ badan yg tidak dapat mengolah gula itu. Terlebih manusia itu perlu glukosa. Jadi itu lantaran organ badan telah cacat disebabkan konsumsi makanan cepat saji, soda, serta minum alkohol. Sedang potensi dari genetika hanya 20 %, jadi yang paling punya pengaruh yaitu gaya hidup tak sehat, " terang Gita. 

Diluar sangkaan, sesudah sukses mengobati ayahnya dari diabetes, obat racikan Gita bernama Kopi Gula Gita (Kolagit) itu segera tenar di kelompok paling dekat sampai luar negeri. Gita menyampaikan pemesanan telah meraih Arab Saudi. 

 " Dari mulai Korea Selatan, Perancis, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Arab Saudi, California, Canada, serta AS. Rekan-rekan bapak di Koramil yang umum berobat ke Penang serta Singapura, sesudah minum obat ini tak kesana lagi, sembuh dengan Kolagit, " kata Gita. 

Obat racikan itu memiliki kandungan bahan tumbuhan tebu serta herbal-herbal yang lain. Walau ada kata kopi dalam nama Kolagit, Gita menyampaikan itu didasari kemiripan warna obat itu dengan kopi. 

Untuk harga, Gita jual Kolagit sejumlah 800 gr dengan harga Rp 150. 000. Tetapi, Gita menyampaikan keuntungan tidaklah maksud paling utama dari penjualan Kolagit. Menurutnya, juga sebagai orang medis, masih tetap ada beban moral untuk mengobati orang walau tak dapat untuk beli Kolagit. 

 " Sebenarnya, kemauan untuk komersil tak ada, lantaran mempunyai tanggung jawab sosial juga sebagai latar belakang medis. System jual beli saya kerjakan lantaran perlu modal. Jadi yg tidak dapat saya berikanlah harga seikhlasnya atau bahkan juga gratis, " kata Gita. 

Keinginan yang bertambah lalu bikin Gita memperoleh untung yg tidak sedikit. Gita bahkan juga terperanjat saat diakhir th. 2014, ia memperoleh omzet kian lebih Rp 1 miliar. 

 " Saya kaget, lantaran tak pikirkan untung lantaran saya hanya pikir bagaimanakah untuk orang dapat sehat. Namun nyatanya alhamdullilah akhir th. lantas, saya serta rekan-rekan mengkalkulasi omzet, meraih kian lebih Rp 1 miliar, " kata Gita sambil berbisik. 

Tawaran dari investor 
Prospek Kolagit yang cerah nyatanya bikin beberapa perusahaan farmasi punya niat untuk menggaet Gita. Ia menyampaikan, perusahaan-perusahaan itu datang dari lokal ataupun luar negeri. 

 " Dari 2013 sesudah booming, banyak perusahaan farmasi lokal hingga nasional, datang ke rumah di Medan, hingga entrepreneur property. Paling akhir dari perusahan farmasi dari Turki serta Singapura. Tawarannya miliaran rupiah, " kata Gita.  

Tetapi, Gita menyebutkan belum tertarik dengan pilihan hubungan kerja itu. Argumennya, kata dia, walau diberikan laboratorium serta jadi pengawas produksi obat itu, Gita cemas obat itu jadi mahal serta tak dapat menyentuh orang-orang bawah. 

 " Saya belum tertarik, lantaran pikirkan bagaimanakah langkahnya menyeimbangkan pada kelompok atas dengan bawah, Umumnya bila telah populer mustahil dapat, apa dapat di supermarket tawar-menawar? " kata Gita. 

Ke depan, Gita bakal meluncurkan satu product lagi di mana kesempatan ini datang dari limbah organik. Limbah itu bakal dirubah jadi obat, satu diantaranya juga sebagai antiseptik. " Product yang bakal saya bikin th. ini datang dari limbah organik, pertama yaitu antiseptik dari, obat penurun panas/demam yang lebih efisien dari paracetamol serta obat anti alergi berbentuk salep, " terang Gita. 

Juga sebagai info, Gita yaitu juara pertama dalam program Wirausaha Muda Mandiri, kelompok Industri, Perdagangan, serta Layanan oleh PT. Bank Mandiri bekerja bersama dengan Kementerian Koperasi serta UKM. 

Memperoleh juara pertama, Gita sukses beroleh hadiah sebesar Rp 50 juta. Ia menyampaikan bakal memakai duit itu beberapa untuk bangun laboratorium serta bekasnya untuk sharing dengan anak-anak dari Sekolah Luar Umum (SLB).  
 (Stefanno Reinard Sulaiman)
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Posting Komentar