AWAS,!! SERING DIANGAP SAMPAH TERNYATA KELADI TIKUS BERMANFAAT UNTUK MENANGANI KANKER STADIUM BERAT


Tanaman yang dulunya kita anggap tidak bermanfaat, tidak sedap dilihat mata, pengganggu tanaman lain serta mesti dimusnahkan begitu saja, mungkin masa datang jadi sangatlah berguna serta di cari orang. 

Salah satunya yaitu keladi tikus, si tanaman ajaib yang diketemukan di Indonesia. Tanaman ini dapat dibuktikan dapat membunuh beragam type sel kanker dalam waktu relatif singkat. 

Beberapa pasien kanker di Indonesia bisa mempunyai harapan hidup yang lebih lama dengan diketemukannya tanaman “keladi tikus” (Typhonium Flagelliforme/Rodent Tuber) juga sebagai tanaman obat yang bisa menghentikan serta mengobati beragam penyakit kanker serta berbagai penyakit berat lain. 

Tanaman sejenis talas yang banyak tumbuh di jawa ini memiliki tinggi optimal 25 hingga 30 sentimeter serta cuma tumbuh di semak yang tidak terserang sinar matahari segera. Umum juga di temukan disamping rumah yang tidak terserang cahaya matahari segera. Umbi keladi tikus ini berbentuk bulat rata sebesar buah pala. Sisi dalam ataupun luar umbi berwarna putih. Untuk perkembangbiakannya, dapat memakai umbinya atau anakan yang tumbuh dari umbi itu. 

Pada musim kemarau, batangnya menghilang. Sedang pada musim hujan, tumbuhan ini nampak lagi diatas permukaan tanah dari umbi yang terpendam didalam tanah. Mahkota bunganya berupa panjang kecil berwarna putih serupa dengan ekor tikus, dari sinilah nama keladi tikus diberikan. Tetapi ada beberapa type yang memiliki kelopak bunga berwarna merah. Untuk type yang ini umumnya di kembangkan untuk tanaman hias hasil silangan. 

keladi tikusDi Indonesia, tanaman ini pertama dipakai oleh Patoppoi di Pekalongan, Jawa Tengah. 

Saat itu, istri Patoppoi menderita kanker payudara stadium III serta mesti dioperasi 14 Januari 1998. Sesudah kanker ganas itu diangkat melalui operasi, istri Patoppoi mesti menjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk membunuh sel, Red) untuk hentikan penyebaran sel-sel kanker itu. 

“Sebelum menjalani kemoterapi, dokter menyampaikan agar kami menyiapkan wig (rambut palsu) lantaran kemoterapi akan menyebabkan kerontok an rambut, terkecuali kerusakan kulit serta hilangnya nafsu makan 

”, terang Patoppoi. Sepanjang mengikuti istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi selalu berusaha mencari pengobatan alternatif hingga akhirnya dia memperoleh info tentang pemakaian teh Lin Qi di Malaysia untuk mengobati kanker. 

“Saat itu juga saya segera terbang ke Malaysia untuk beli teh itu, 
” tutur Patoppoi yang juga ahli biologi. Saat tengah ada di suatu toko obat di Malaysia, dengan cara tidak berniat dia lihat serta membaca buku tentang pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live karangan Dr Chris K. H. Teo terbitan 1996. 

“Setelah saya baca sepintas, segera saja saya beli buku itu. Begitu temukan buku itu, saya jadi tidak jadi beli teh Lin Qi, namun segera pulang ke Indonesia, 

” kenang Patoppoi sembari tersenyum. 
Di buku tersebut Patoppoi membaca manfaat typhonium flagelliforme itu. Berdasar pada pengetahuannya di bagian biologi, pensiunan petinggi Departemen Pertanian ini segera menyelidiki serta mencari tanaman itu. Sesudah menghubungi sebagian koleganya di beberapa tempat, familinya di Pekalongan, Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata, mereka temukan tanaman itu disana. 

Sesudah mendapatkan tanaman itu serta pelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di Malaysia untuk bertanya kebenaran tanaman yang ditemukannya itu. Selang sekian hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi serta menjelaskan bahwa tanaman itu memanglah benar Rodent Tuber. 

“Dr Teo menyampaikan agar tidak sangsi lagi untuk memakainya juga sebagai obat, 

” lanjut Patoppoi. Akhirnya, dengan kemauan bulat serta do’a untuk kesembuhan, Patoppoi mulai mengolah tanaman itu sesuai sama langkah-langkah pada buku itu untuk diminum juga sebagai obat. Lalu Patoppoi menghubungi putranya, Boni Patoppoi di Buduran, Sidoarjo untuk ikut mencarikan tanaman itu.

“Setelah lihat tanda-tanda tanaman itu, saya mulai mencari di tepi sungai depan rumah serta segera saya peroleh tanaman itu tumbuh liar di tepi sungai, 

” kata Boni yang mendampingi ayahnya waktu itu. Sepanjang konsumsi sari tanaman itu, isteri Patoppoi alami penurunan efek samping kemoterapi yang ditempuh nya. Rambutnya berhenti rontok, kulitnya tidak rusak serta mual-mual hilang. “Bahkan nafsu makan ibu sayapun kembali normal, 

” lanjut Boni. Sesudah tiga bulan meminum obat itu, isteri Patoppoi melakukan kontrol kankernya. “Hasil kontrol negatif, serta itu sungguh mengagetkan kami serta dokter-dokter di Jakarta, ” kata Patoppoi. 

Beberapa dokter itu lalu menanyakan pada Patoppoi, apa yang diberikan pada isteri nya. “Malah mereka sangsi, apakah mereka sudah salah memberi dosis kemoterapi pada kami, ” lanjut Patoppoi. Sesudah diterangkan tentang cerita tanaman Rodent Tuber, beberapa dokter juga mensupport pengobatan support itu serta menyarankan agar mengembangkan nya. Terlebih lihat situasi isterinya yang tidak alami efek samping kemoterapi yang sangatlah keras itu. 

Serta kontrol yang seharusnya tiga bulan sekali diundur jadi enam bln. sekali. “Tetapi dikarenakan suatu hal hal, beberapa dokter itu tidak ingin mendukung secara terang-terangan pemakaian tanaman juga sebagai pengobatan alternatif, ” sambung Boni sembari tertawa. 

Sesudah sebagian lama tidak terkait, berdasar pada peningkatan situasi isterinya, pada bln. April 1998, Patoppoi lalu menghubungi Dr. Teo melalui fax untuk menginformasikan bahwa tanaman itu banyak terdapat di Jawa serta mengajak Dr. Teo untuk menebarkan pemakaian tanaman ini di Indonesia. 

“Kemudian Dr. Teo segera membalas fax kami, namun mereka tidak tahu apa yang perlu mereka perbuat, karena jarak yang jauh, ” sambung Patoppoi. Walau Patoppoi mengusulkan biar buku mereka ditranslate dalam bhs Indonesia serta disebar-luaskan di Indonesia, Dr. Teo menyarankan agar ke-2 iris pihak bekerja bersama serta berkonsentrasi dalam usaha riil menolong pasien kanker di Indonesia. 

Di kantor Pusat Cancer Care Penang, Malaysia, Patoppoi memperoleh penerangan selanjutnya tentang penelitian tanaman yang waktu diketemukan mempunyai nama Indonesia. Ternyata waktu Patoppoi memperoleh buku “Cancer, Yet They Live” edisi revisi th. 1999, fax yang dikirimnya di masukkan dalam buku itu, dan pengalaman isterinya dalam usahanya berperang melawan kanker. 

Dari perbincangan mereka, Dr. Teo merekomendasi agar Patoppoi membangun perwakilan Cancer Care di Jakarta serta Surabaya. Jadi dengan cara resmi, Patoppoi serta putranya diangkat juga sebagai perwakilan instansi sosial Cancer Care Indonesia, yang juga disebutkan dalam buletin bulanan Cancer Care, yakni di Jl. Kayu Putih Empat No. 5, Jakarta, telp. 021-4894754, serta di Buduran, Sidoarjo. 

Menurut data Cancer Care Malaysia, beragam penyakit yang sudah disembuhkan yaitu beragam kanker serta penyakit berat seperti kanker payudara, paru-paru, usus besar- rectum, liver, prostat, ginjal, leher rahim, tenggorokan, tulang, otak, limpa, leukemia, empedu, pankreas, serta hepatitis. Jadi diinginkan agar hasil riset yang menggunakan milyaran Ringgit Malaysia sepanjang 5 th. bisa benar-benar bermanfaat untuk dunia kesehatan. 

Keladi tikus mengandung antineoplastik atau antikanker terkecuali dapat juga bermanfaat juga sebagai antivirus. Efek farmakologi inilah sebagai obat paling utama untuk menangani kanker stadium lanjut. Sisi yang dipakai untuk pengobatan yaitu keseluruhan dari tanaman itu. 

Dari mulai akar (umbi), batang, daun sampai bunga. Sudah pasti, efek itu akan jadi tambah baik apabila diberikan bersama-sama dengan tanaman yang lain, seperti sambiloto, rumput mutiara serta temu putih. 

Ekstrak Typhonium flageffiforme clan bahan alami yang lain menolong detoxifikasi jaringan darah. Ramuan ini mengandung ribosome inacting protein (RIP), zat antioksidan serta zat antikurkumin. RIP berperan menonaktifkan perubahan sel kanker, merontokkan sel kanker tanpa ada merusak jaringan sekitarnya serta memblokir perkembangan sel kanker. 

Zat antioksidan berperan menghindar terjadinya rusaknya gen. Sesaat zat antikurkumin berperan juga sebagai antiinflamasi/antiperadangan. Kombinasi bahan alami ini mengaktivasi dengan menghasilkan mediator yang merangsang untuk menguatkan sel dari system kekebalan badan untuk bersamasama memberantas sel kanker. 

Di Cina tanaman ini di cermat oleh Zhong Z, Zhou G, Chen X, serta Huang P dari Guangxi Institute of Traditional Medical and Pharmaceutical Sciences, Nanning. Riset itu dikerjakan untuk mengetahui efek farmakologis dari Typhonium flagelliforme. Di ketahui bahwa ekstrak air serta alkohol dari Typhonium flagelliforme memiliki efek menghindar batuk, menyingkirkan dahak, antiasmatik, analgesik, antiinflamasi, serta berbentuk sedatif.

Sumber: khasiat-manfaat-tanamanobat.blogspot.co.id
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Posting Komentar